Filsafat qalbu yang telah kita kaji melalui warisan pemikiran Syekh Dr. Yedi Supriadi bukan sekedar wacana metafisik, tetapi peta ruhani yang membimbing manusia kembali ke jati dirinya yang ilahiyah.

Kajian struktur qalbu dari Syekh Dr. Yedi Supriadi, bahwa qalbu adalah titik tempat memantulkan dan menyerap cahaya ilahi. Ketika qalbu dibersihkan dari karat-karat dunia dan nafsu, ia menjadi cermin yang bening, mampu menangkap tajalli cahaya Tuhan yang tak terhingga. Sebagaimana juga firman-Nya: “Hari di mana harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan qalbu yang bersih.” (QS. Ash-Shu’arā: 88-89). Qalbu yang bersih (qalbun salim) adalah tujuan akhir dari perjalanan spiritual.

Inilah qalbu yang bercahaya, yang menjadi tempat Allah menurunkan ilham (QS. Asy-Syams: 8), tempat Allah memandang hamba-Nya (HR. Muslim), dan tempat bersemayamnya makrifat yang sejati. Al-Qur’an menggambarkan bahwa hati (qalbu) bisa terkunci, tertutup, atau bahkan mati. Namun, qalbu juga bisa disucikan dan dihidupkan kembali. Inilah tugas spiritual manusia: membuka kunci qalbu, menyucikannya dengan dzikir, ilmu, dan laku spiritual, hingga ia kembali bersinar sebagai sumber cahaya batiniah.