Pemikiran Syekh Dr. Yedi Supriadi yang menempatkan jiwa sebagai entitas fitrah yang berakar langsung dari sumber Ilahi, dan menyatakan bahwa jiwa itu adalah tunggal, memberikan pemahaman yang sangat mendalam tentang hakikat eksistensi manusia. Dengan kata lain, jiwa sebagai bagian dari fitrah (kesucian alami) adalah satu kesatuan yang tidak terpecah, tidak terfragmentasi, dan bersumber dari Tuhan yang Maha Esa. Ini menggambarkan manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk kembali pada kesucian dan kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta.

Pembukaan potensi-potensi jiwa tidak bisa dilakukan semata melalui latihan intelektual atau metode empiris, tetapi membutuhkan kesadaran eksistensial dan pengolahan batin yang mendalam. Syekh Yedi mengembangkan pendekatan integratif, di mana unsur akhlak, spiritualitas, kesadaran diri, dan pengenalan terhadap Allah menjadi landasan untuk membangkitkan kekuatan jiwa yang selama ini terpendam. Seperti dalam QS. Asy-Syams (8–9) : “Dan Dia telah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Sungguh beruntunglah siapa yang menyucikannya.”. Potensi itu hadir dalam bentuk cahaya, yang mencakup: Cahaya Hati (Nurul Qolbi), Cahaya Jiwa (Nurunnafsi), Cahaya Akal (Nurul Aqli), Cahaya Ucapan (Nurul Qauli), dan Cahaya Perilaku (Nurul Af’ali).